Jadigitu.com ~ Cacing darah atau Schistosome adalah cacing pipih parasit yang dapat
hidup di dalam tubuh manusia selama beberapa dekade. Mereka melakukan
perjalanan yang agak mengerikan. Setelah menetas di dalam air yang
terkontaminasi oleh kotoran, kemudian parasit berpindah ke tubuh manusia
melalui siput kecil yang membuat liang melalui kulit.
Para peneliti mungkin telah menemukan rahasia bagaimana siklus panjang tersebut dapat bertahan dalam darah manusia. Mereka menemukan sel induk bersembunyi secara kebetulan yang memungkinkan cacing ini menjaga regenerasi bagian-bagian tubuhnya.
"Parasit ini memiliki cara memperbaiki dan memelihara jaringan tubuhnya," ujar Phillip Newmark dari departemen perkembangan biologi dan sel, Universitas Illinois. Studi ini telah diterbitkan secara rinci dalam jurnal Nature yang didasarkan pada pengamatan sel dengan penanda fluorescent.
Kisah lebih buruk adalah tentang gaya hidup cacing darah setelah mereka membuat rumah sendiri. Mereka tumbuh menjadi dewasa, memakan darah dan menemukan pasangan monogami untuk kawin. Para betina kemudian bertelur terus menerus. Menerut para peneliti, mereka dapat bertelur ratusan dalam sehari.
Telur yang tidak ikut keluar bersama kotoran inang, menjadi tertanam di dalam organ-organ internal. Ini dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan jaringan yang serius.
Menurut WHO, penyakit parasit yang dikenal sebagai schistosomiasis ini mempengaruhi sekitar 230 juta orang tiap tahunnya. Menjadi urutan kedua setelah malaria. Meskipun biasanya tidak mematikan, tetapi efek kronis schistosomiasis bisa merusak anak-anak dan menyebabkan keterlambatan perkembangan.
Para peneliti mungkin telah menemukan rahasia bagaimana siklus panjang tersebut dapat bertahan dalam darah manusia. Mereka menemukan sel induk bersembunyi secara kebetulan yang memungkinkan cacing ini menjaga regenerasi bagian-bagian tubuhnya.
"Parasit ini memiliki cara memperbaiki dan memelihara jaringan tubuhnya," ujar Phillip Newmark dari departemen perkembangan biologi dan sel, Universitas Illinois. Studi ini telah diterbitkan secara rinci dalam jurnal Nature yang didasarkan pada pengamatan sel dengan penanda fluorescent.
Kisah lebih buruk adalah tentang gaya hidup cacing darah setelah mereka membuat rumah sendiri. Mereka tumbuh menjadi dewasa, memakan darah dan menemukan pasangan monogami untuk kawin. Para betina kemudian bertelur terus menerus. Menerut para peneliti, mereka dapat bertelur ratusan dalam sehari.
Telur yang tidak ikut keluar bersama kotoran inang, menjadi tertanam di dalam organ-organ internal. Ini dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan jaringan yang serius.
Menurut WHO, penyakit parasit yang dikenal sebagai schistosomiasis ini mempengaruhi sekitar 230 juta orang tiap tahunnya. Menjadi urutan kedua setelah malaria. Meskipun biasanya tidak mematikan, tetapi efek kronis schistosomiasis bisa merusak anak-anak dan menyebabkan keterlambatan perkembangan.
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/03/01/060464419/Bagaimana-Cacing-Darah-Bertahan-di-Tubuh-Manusia
ReplyDeleteเกมออนไลน์ สล็อตออนไลน์ โจ๊กเกอร์123 slot online คลิกเลย
https://www.slot4u.com/joker123